APLIKASI BIOMEKANIKA
DI
SUSUN OLEH:
NAMA: ERNEZ PUNI
NIM:
12.1101.337
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan petunjuk Nya lah, penyusunan Tugas
Makalah Sains Fisika (Bio Termik ) ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan tentang
kalor,Asas black,Metabolisme,kalor jenis dan kapiler kalor.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Dan
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang tidak berkenan di
hati pembaca,kami selaku penulis mengharapkan saran dan diaannya untuk
memaafkan.
Daftar
Isi
Kata Pengantar…………………………………………. 2
Bab I
Pengaturan posisi………………………………………………..
Bab II
Traksi……………………….…………………………………….
Bab III
Kesegarisan Tubuh……………………………………………….
BAB IV
Mekanika Tubuh…………………………………………………..
Penutup…………………………………………………………….
BAB
I
A.
PENGATURAN POSISI1. Pengertian Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan nyaman pada pasien yang sesak napas
c. Memudahkan perawatan misal memberi makan.
Pelaksanaan :
a. Pasien sesak napas
b. Pasien pasca operasi struma, hidung.
Cara:
1. Dudukkan pasien
2. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Pelaksanaan :
a. Pada pasien dengan pemeriksaan rectal
b. Memberikan huknah, injeksi IM di otot gluteus maximus dll
Cara:
1. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
2. Tangan kiri diatas kcpala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur
3. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
4. Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
3. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses persalinan.
Dilaksanakan pada pasien dengan pemeriksaan ginecology, pemeriksaan genitalia, pelaksanaan perasat pasang kateter, vulva hygiene.
Cara:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
2. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
3. Pasang selimut
4. POSISI
LITOTOMI
1. Pengertian
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
2. Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
2. Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi
5. POSISI TRENDELENBURG
1. Pengertian
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
2. Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
2. Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
6. POSISI GENU PECTORAL
1. Pengertian
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
2. Tujuan
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
2. Tujuan
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
7. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
1. Pengertian
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
2. Tujuan
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
2. Tujuan
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
8. Posisi Orthopneu
1. Pengertian
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
2. Tujuan
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
2. Tujuan
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
9. Posisi
Pronasi (telungkup)
a. Pengertian
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.
b. Tujuan
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.
c. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.
b. Tujuan
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.
c. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
1. Pengertian
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
2. Tujuan
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
2. Tujuan
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan
BAB
II
B. TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai
dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang
dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau
spasme otot dalam usaha memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan.
Prinsip traksi adalah menarik tahanan
yang diaplikasikan pada bagian tubuh., tungkai, pelvis atau tulang belakang dan
menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan disebut dengan
countertraksi.
Penggunaan traksi telah dimulai 3000
tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat
splint dari cabang pohon. Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam
management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin
dan plate menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan
kurangnya pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah
sakit yang lebih.
Kita dapat menggunakan traksi
: (1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau (2) untuk
menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau (3) untuk melakukan
kedua hal tersebut, satunya ikuti dengan yang lain. Untuk mengaplikasikan
traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk mendapatkan tulang pasien
yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada 2 cara
melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit). (2)
dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau kirschner wir melalui
tulangnya (traksi tulang).
Traksi membutuhkan waktu untuk
diaplikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah diatur dengan asisten.
Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Di lengan hal ini masih kurang nyaman,
tidak menyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua
alas an ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang
lebih jauh.
Klasifikasi traksi di dasari pada penahan tububh yang di
capai:
1.
Traksi Manual, menunjukkan tahanan
dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang dibagian tubuh yang terkena
melalui tangan mereka.Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur
sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan.
2.
Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan
dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire, atau baut
dimasukkan dalam tulang. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak
stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan
dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
3.
Traksi kulit, menunjukkan dimana
dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui
jaringan lunak.
BAB
III
C.
KESEGARISAN TUBUH
Kesegarisan tubuh (body alignment) atau postur
merupakan istilah yang sama dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligament,
dan otot selama berbaring. Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan
pada struktur muskusloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara
kuat dan menunjang keseimbangan.
Dalam mempertahankan kesegarisan tubuh yang tepat, dan
memindahkan klien dengan aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur
ke brankar.
Adapun faktor yang mempengaruhi kesegarisan tubuh:
1.
Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang
tidak optimal, terdapat organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau
kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh.
2.
Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan
dalam membantu proses keseimbangan organ, otot, tendon, ligament, dan
persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan enegi pada organ tersebut
juga akan berkurang, sehingga dapat mengganggu proses keseimbangan.
3.
Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi pada
otot, ligament, sendi, dan tulang.
4.
Faktor social
5.
Gaya hidup (life style)
Perilaku gaya hidup seseorang dapat membuat seseorang
menjadi lebih baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk. Seseorang yang
mempunyai gaya hidup yang tidak sehat misalnya selalu menggunakan alat bantu
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga
postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
6.
Perilaku dan nilai-nilai
Adanya perubahan perilaku dan ilai seseorang dapat
memengaruhi postur tubuh. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di
sembarang tempat dapat mempengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain
yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
BAB
IV
MEKANIKA TUBUH
1.
PENGERTIAN MEKANIKA TUBUH
Mekanika tubuh (Body Mechanic) adalah usaha untuk
mengkordinasi sistem musculoskeletal dan saraf, sehingga individu dapat
bergerak, mengangkat, membungkuk, berdiri, duduk, berbaring dan melakukan
akvitas sehari-hari dengan sempurna.
Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi resiko
cedera sistem musculoskeletal. Mekanika tubuh juga tepat memfasilitasi
pergerakan tubuh yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan
otot dan penggunaan energi otot yang berlebihan. Hal-hal tersebut mencakup
kesegarisan tubuh (Body Alignment), keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan.
2.
PRINSIP MEKANIKA TUBUH
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan kliennya.Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan
untuk mendukung tingkat kesehatan dan mencegah kecacatan serta untuk menjaga
keselamatan klien. Disamping itu, mekanika tubuh juga bertujuan untuk menghibur
pasien yaitu dengan meningkatkan kenyamanan dan kerjasama. Dalam hal ini,
perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan,
memberikan obat, mengangkat, dan memindahkan klien dan menggerakan objek.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi
biomekanika sangat penting untuk diterapkan dalam dunia keperawatan, diantarnya
mekanika tubuh, traksi, pengaturan posisi, dan kegarisan tubuh. Dimana seorang
perawat harus mengetahui penerapannya
B.
SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini,
agar makalah ini dapat lebih sempurna dan menjadi pedoman untuk kita semua